Bagi saya Jambi sebagai batu loncatan semata menuju Pulau Jaw

Lokasinya di sebelah hotel Merdeka yang pada zaman kolonial bernama Hotel Centrum.

Pelajarnya secara tidak langsung akan dijadikan kader PSII, sebab umumnya mereka dikirim oleh cabangnya dari dacrah-daerah.

Tetapi saya masuk SML itu bukan karena kiriman partai, tapi karena waktu itu tak sempat masuk sekolah negeri.

Di luar kelas kami diperkenalkan dengan tokoh-tokoh partai ini seperti H.

Oemar Said Tjokroaminoto H.

Agus Salim, Ir Abikoesno Tjokrosoejoso, A.M.

Sangadji, Arudji Kartawinata dan lain-lain.

Komisariat Sumatra Barat diketuai Damanhoeri, Sekretaris Umum Haroen Joenoes.

Tokoh lainnya H.

Zainal dan Djamaran Hakimi.

Pelajaran di sekolah ini agak ngebut.

Ditargetkan selesai kelas I saja sudah setaraf dengan kelas II SMP Negeri.

Terus terang saya tetap pemalas.

Apalagi saya belum mengerti manfaat ilmu Aljabar (Algebra).

Saya lemah dengan ilmu pasti ilmu ukur (meetkunde, ilmu alam (natuurkunde).

Saya tertarilk dengan ilmu bumi, bahasa, dan sejarah.

Saya tertarilk dengan ilmu bumi, bahasa, dan sejarah

Kepala Sekolah Ramli Aman.

Pak Ramli yang bersahaja itu, bagi alumni SMP dan SMA Bukittinggi tahun 1950-an amat berkesan.

Sikap beliau ramah dan melarang murid merokok.

Resah Gelisah Masa Remaja matang berpikir tentang baik-buruk.

Namun, saya tetap sem- bahyang lima waktu dan minta ampun.

Entah bagaimana saya masih terpengaruh untuk pergi ke Jawa padahal situasi tak mengizinkan.

Bukittinggi saat itu ramai sekali, jadi ibukota perjuangan, sekaligus Pusat Peme- rintahan RI di Sumatra.

Ribuan pengungsi tidur dalam gerbong-gerbong kereta api di stasiun depan sekolah saya.

Mereka tidak hanya dari Padang tapi juga dari Medan, Pematangsiantar dan daerah-daerah yang diduduki Belanda.

Sebaliknya kota Jambi waktu itu pula, menawan.

Barang- barang lux selundupan dari Singapura setiap hari masuk ke sini.

Ketimbang hidup susah di kampung, orang rush merantau ke kota tersebut.

Bagi saya Jambi sebagai batu loncatan semata menuju Pulau Jaw

Bagi saya Jambi sebagai batu loncatan semata menuju Pulau Jawa.

Suatu hari menjelang libur sekolah triwulan akhir tahun 1947, saya kontak teman sekampung Mohammad Said Sutan Datuk Kepala Desa Tigobaleh nan Basa Lawang (1994-1999).

Saat itu dia bintara intel Polri di Bukittinggi.

Kepadanya saya minta bantuan membuat surat jalan ke Jambi, dan disang- gupinya Seperti biasa, hampir setiap Sabtu siang usai sekolah, saya pulang kampung jalan kaki sepanjang 25 km melewati Ngarai Sianok menjemput bekal lauk-pauk, beras dan uang belanja.

Namun, kali ini saya tidak kembali ke Bukittinggi hari Minggu sore tapi Selasa Berarti saya bolos sekolah dua hari.

"KAPA TABANG HIJAU" Selasa pagi itu, sebelum Andai pergi mengaji (wirid rutin), dan apak ke sawah, saya pura-pura mendahului beliau berangkat ke Bukittinggi.

Pamit baik-baik.

Sekitar 15 menit kemudian- dengan Saya cari kunci rumah dan kunci lemari.

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Box : Cara membuat Steak

Khasiat dari daun dewa apa saja !

Sewa Bus : Petualangan Perjalanan Chicks dari Inggris