Buat sementara saya jadi pesuruh

Kepala pemerintah Nederlands Indies Civil Admi nistration (NICA) waktu itu, Letnan Jenderal H.J.

van Mook.

Tugasnya mempersiapkan pengambilalihan pemerintahan di Indonesia, jikalau Sekutu yang diwakili tentara Inggris selesai melucuti tentara Jepang.

Di tiap persimpangan, para pemuda Republik mengawal dengan senjata apa adanya, tombak, parang dan sebagainya.

Seragam mereka serba hitam.

Di kawasan Bukit Kecil terkenal seorang pemberani dan disegani, populer dipanggil Pak Mangun.

Karena belum satu tahun, peringatan Proklamasi Kemer- dekaan RI di Palembang, dilakukan tanggal 17 tiap bulan.

Pemimpin terkemuka waktu itu dan amat populer di tengah- tengah masyarakat Sumatra antara lain dr.

Adnan Kapau Gani2 dan dr.

Mohammad Isa.

Keduanya orang awak.

Seingat saya Walikota Palembang pertama, Raden Hanan

Seingat saya Walikota Palembang pertama, Raden Hanan.

Sekitar Januari 1946 di kota Palembang terjadi per- tempuran sengit pertama antara pejuang Republik melawan serdadu Belanda.

Musuh kewalahan.

Seorang dari beberapa mpat kami, anak-anak seret serdadu Belanda yang tewas se " AK Gani adalah tokoh Gerindo di zaman Belanda, kelahiran Kapau, Bukit pernah menjabat Wakil Perdana Menteri dalam Kabinet Amir Sjarifuddin, sedar ngkan dr Sumatra, juga 'urang awak", pernah menjadi Residen Sumatra Selatan, Provinsi 57 Resah Gelisah Masa Remaja cari pekerjaan.

Malamnya numpang jalan-jalan keliling kota nginap di warung Ajo Malin.

JADI ANAK ANGKAT TUAN DOLLAH SUATU hari sebuah kantor perkapalan depan Balaikota Palembang saya datangi melamar secara lisan, menghadap langsung pimpinannya bernama Abdullah.

Rupanya dia orang awak, dari Padang.

Kantor ini mengelola ferry penyeberangan Ulu-Ilir, sebelum jembatan Ampera dibangun tahun 1960-arn dengan dana pampasan perang Jepang.

Beliau juga mengelola beberapa kapal kecil penangkap ikan di selat Bangka, atau mengangkut karet ke Singapura, berkapasitas lebih kurang 15 ton.

Ada pula kapal roda lambung atau kapal kincir jenis kapal penumpang dan barang untuk ke hulu sungai Musi-Rawas.

Hari baik waktu itu.

Tanpa bertele-tele Pak Abdullałh menerima lamaran saya.

Buat sementara saya jadi pesuruh

Buat sementara saya jadi pesuruh.

Hari itu juga saat istirahat siang, beliau memberi saya uang makan dan berpesan agar tidak pergi ke mana-mana sampai sore.

Sehabis jam kantor disuruh naik mobil, dibawa ke rumahnya di Lorong Cempaka Bukit Kecil.

Rumah tersebut dipinggir kamp Belanda Talang Semut, dibatasi ring kawat berduri.

Dengan saling mengulur tangan, kita bisa melakukan jual- beli atau barter barang dengan tentara Belanda.

Mereka umumnya membutuhkan sayur-mayur, dan buah-buahan.

Dari pihaknya, makanan kaleng kornet, sardin, roti, rokok Abdulla, Bell Boy, Triple Five dan lain-lain.

RUPANYA waktu pak Abdullah pulang makan siang, memberi tahu istrinya Cik Ona, tentang anak kecil melamar di kanton- nya.

Cik Ona spontan menyuruh suaminya membawa saja anak itu ke rumahnya.

Keluarga ini mandul.

Saya dapati di rumah itu dua gadis, masing-masing Maimunah peranakan Arab dari Plaju, dan Nona si-mata sipit peranakan Cina asal Bangka Usia mereka sebaya saya, lebih kurang 16 tahun.

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Box : Cara membuat Steak

Khasiat dari daun dewa apa saja !

Sewa Bus : Petualangan Perjalanan Chicks dari Inggris