Di sini baru sarapan pagi

Dia hanyut sampai di Cirebon.

Dari sana terus ke Yogyakarta Sore, setelah kakanda Rasjidin berangkat, kami berjalan- jalan di pasar Lubuklinggau.

Ketika masuk sebuah warung nasi, kami terperanjat kepergok sosok yang kami kenal sebagai orang se-kampung.

Ia sedang menggiling cabe di dapur sebuah 53 Resah Gelisah Masa Remaja Jawaban yang sangat memukul.

Kami kembali dengan tangan hampa.

Putus asa mulai membungkus otak kami.

Ajakan mak Rahman untuk berdagang jagung bakar terpaksa kami turuti Ada yang menganjurkan apabila mau dan harganya murah, beli jagung mentah langsung ke pedalaman sebelah timur kota Lubuklinggau, Muara Paiti.

Pagi-pagi sebelum matahari terbit, kami bertiga berangkat ke luar kota.

Namun, sampai matahari terbenam, jagung muda yang kami cari tidak ada.

Kami putus asa lagi.

Walau sudah amat penat, kami kembali ke Lubuklinggau.

Ada pedati kosong dengan tujuan sama, tetapi pemiliknya tidak bersedia menum- pangkan kami.

Dalam keadaan gelap-maklum hutan lebat di kiri-kanan jalan-kami singgah ke sebuah gubuk untuk numpang nginap.

Tapi ditolak penghuninya.

Kami dibolehkan tidur di luar saja.Namun, tidak bisa nyenyak, walaupun sangat letih.

Serangan nyamuk bertubi-tubi.

Kami teruskan perjalanan kembali ke Lubuklinggau.

Kami teruskan perjalanan kembali ke Lubuklinggau

Subuh-subuh kami sudah sampai dalam keadaan lunglai.

Lalu kami tergolek dalam los yang masih kosong, sampai menjelang orang menggelar dagangan Sekitar pukul 9.00 kami bangun, cuci muka, dan sarapan.

Saya dan Dul memutuskan untuk terus saja ke tujuan semula.

Berartí berpisah dengan mak Rahman.

Belakangan kami peroleh kabar, entah bagaimana caranya, dia bisa pulang kampung.Tidak lama kemudian, meninggal.

Kami dapat informasi, bisa naik kereta api tanpa surat jalan di stasiun kecil Talangpadang sekitar 20 km dari Lubuklinggau.

Besoknya kami telusuri rel kereta api yang membelah hutan lebat itu.

Berangkat subuh pula.

Kiri-kanan rel kereta api kami dicibir sejumlah kera liar.

Ada jenis binatang lain tapi tidak mengganggu.

Tidak seorang pun kami bersua manusía, apalagi perkampungan.

Lebih kurang tiga jam, tiba di Talangpadang.

Selama perjalanam haus lapar ditahan.

Di sini baru sarapan pagi

Di sini baru sarapan pagi.

Stasiun ini dibangun tempo doeloe untuk kaum kolonisasi Jawa, yang pindah dari negeri leluhurnya, semacam trans- migran sekarang.

Mereka meneruka lahan pertanian, menebas hutan-belantara atau bekerja di kebun karet.

Resah Gelisah Masa Rernaja toko seocrypt bergelimpangan kawat berduri.

Di mana-mana emperan gembel-gembel ex Romusha MENYERET MAYAT SERDADU BELANDA Kami dapati suasana antara tentara Jepang dan Belanda di satu pihak, dan kaum Republik di lain pihak sangat rawan Ada-ada saja yang dapat memicu bentrokan.

Di mana saja seantero kota Palembang, di kantor-kantor instansi Republik dan rumah penduduk sepanjang hari berkibar sang Merah Putih, sedangkan di kamp Belanda, bendera tiga warna, Merah-Putih-Biru.

Hinomaru bendera Jepang sudah turun.

Keberadaan tentara Belanda di Palembang dan kota-kota lainnya di Indonesia, karena membonceng tentara Sekutu yang akan melucuti Jepang yang kalah Perang Dunia kedua.

Tentara Belanda waktu itu berada di bawah pemerintahan Hindia Belanda dalam pelarian yang berkedudukan di Brisbane, Australia.

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Box : Cara membuat Steak

Khasiat dari daun dewa apa saja !

Sewa Bus : Petualangan Perjalanan Chicks dari Inggris